Jumat, 10 Juli 2020

Satu Tahun di Kota ini

Satu tahun berlalu semenjak aku meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Kota ini. Aku sudah mulai sedikit terbiasa dengan kota ini. Mulai terbiasa dengan makanannya yang dahulu bahkan sama sekali tidak cocok dilidahku. Mulai terbiasa dengan suhu dinginnya yang bertolak belakang dengan suhu kota asalku. Mulai terbiasa dengan semua kebiasaan dan rutinitas harianku, baik di kampus maupun di organisasi.

Aku ingat benar, dahulu saat pertama kali datang ke kota ini, suhunya terasa sangat dingin bagi kami para mahasiswa yang datang dari Kota Katulistiwa. Bahkan banyak dari kami yang harus menderita sakit demam panas bahkan typus karena tidak tahan dengan perubahan suhunya. 

Salah satu teman satu angkatanku, yang bernama Memet menderita penyakit typus pada hari ke-3 setelah kami menginjakkan kaki di kota ini. Dia adalah anak pertama yang jatuh sakit dari belasan anak seangkatan yang datang bersama ke kota ini. Ceritanya saat itu setelah cukup beristirahat di penginapan sementara kami, mulai dari pagi kami sudah berangkat ke kampus untuk melakukan registrasi ulang. Sepulang dari kampus, kami pun masih harus pergi ke pusat kota untuk membeli berbagai macam  peralatan kuliah mulai dari pakaian sampai dengan alat tulis. Tanpa terasa ternyata sampe sore hari kami baru selesai berbelanja, sehingga kami sampai di tempat penginapan sementara kami, hampir mendekati magrib.


Tidak ada satupun dari kami yang berani untuk mandi, karena memang pada saat itu sedang musim dingin, jam 12 siang saja air terasa seperti es batu apalagi kalau sore hari menjelang Magrib. rasanya seperti dimasukkan dalam Freezer. Mungkin untuk orang yang sudah terbiasa tinggal di Kota ini, itu bukan masalah. Tetapi bagi kami, itu tentu menjadi hal yang berat dan bisa-bisa jadi masalah.


Tidak seperti anak lainnya yang memutuskan untuk tidak mandi, dan hanya membersihkan diri dengan mencuci muka-kaki dan tangan saja, Memet dengan beraninya mandi bahkan tanpa menggunakan air hangat. Alhasil, malam harinya Memet menggigil karena kedinginan. Bukan sembarang menggigil, karena setelah kami menimbun Memet dengan beberapa selimut pun, dia tetap menggigil. Ternyata akhirnya kami tahu kalau Memet kena typus dan harus beristirahat selama  beberapa hari setelah itu. 


Kasihan Memet!

#day3 #challenge6harimenulisfiksi #kmi #komunitasmenulisindonesia #komunitasmenulis.id #iampublishing


Apakah semuanya palsu?

Kata orang, agar tidak kecewa maka jangan berharap. Mungkin satu-satunya kesalahanku tentangmu adalah aku pernah menggantungkan harapanku setinggi-tingginya padamu. Aku berharap bahwa cintamu benar untukku. Aku berharap bahwa perlakuanmu benar tulus dari dalam hatimu. Aku berharap bahwa kau akan menjadikanku pelabuhan terakhirmu.



Nyatanya harapan itu hanya sekedar menjadi harapan kosong. Nyatanya aku bukanlah orang yang kau inginkan menjadi jodohmu. Nyatanya justru saat ini aku meragukan bahwa kau bahkan pernah mencintaiku. Mungkin aku hanya pelarianmu? Mungkin dari awal kau hanya menganggapku sebuah persinggahan saja.



Aku selalu bertanya-tanya, apakah semua perlakuanmu terhadapku dulu palsu? Apakah perasaanmu palsu? Apakah cintamu palsu?



#day1 #challenge6harimenulisfiksi #kmi #komenulis.id #komunitasmenulisindonesia




Kamis, 09 Juli 2020

Persinggahan

Pagi itu serasa menjadi pagi yang paling sendu dalam hidupku. Hari itu aku harus meninggalkan kampung halaman dan keluarga besarku demi meraih masa depanku. Alasan meraih masa depan terdengar sangat klise dan palsu di telingaku. Mungkin karena bukan itu alasan satu-satunya bahkan bukan itu pula alasan utamaku meninggalkan kampung.

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa untuk meraih masa depanku, aku harus pergi jauh-jauh meninggalkan ayah, ibu, adik-adikku, teman-temanku, kampung halaman tercinta, dan juga semua kenanganku bersamamu. Dulu, ketika kata masa depan muncul dalam benakku, hal pertama yang ku pikirkan adalah kamu. Yah, aku selalu berpikir bahwa kamulah yang akan menjadi masa depanku. Aku selalu yakin bahwa akulah yang akan menjadi pelabuhan terakhirmu.

Tapi kenyataannya, saat ini aku justru sedang terpuruk karena ternyata aku hanya menjadi persinggahan sementara dari perjalanan panjangmu.



#day2challenge6harimenulisfiksi #kmi #komunitasmenulisindonesia #komenulis.id