Selasa, 01 Desember 2020

Day25 Prinsip Pareto

 Beberapa waktu lalu saat mengikuti Challenge 15hari menulis aku menulia tentang Prinsip Pareto. Kamu mungkin sudaj pernah mendengar tentang Prinsip Pareto atau yang biasa juga disebut sebagai formula 80/20 ini. 


Sebagai mana kita ketahui, bahwa prinsip pareto diambil dari nama Vilfredo Pareto, yang pada saat itu menemukan bahwa 80% kekayaan Italia dikuasai oleh 20% penduduknya.


Prinsip Pareto ini bisa diaplikasikan di semua aspek kehidupan, termasuk dalam hal berbisnis.  

Dari prinsip Pareto kita bisa merumuskan agar 20% usaha kita bisa menghasilkan 80% hasil. Dalam dunia bisnis misalnya, biasanya 80% penjualan berasal dari hanya 20% customer kita. Customer2 itu harus selalu kita jaga agar bisa menjadi customer yang loyal dan tidak beralih ke toko yang lain. 



Senin, 30 November 2020

Day24 Membuat Jurnal dan Tidur

Ceritanya lagi pengen nge-refresh otak dan nyari-nyari referensi buat nulis tentang membangun kebiasaan baik. Sembari mencari aku menemukan salah satu tulisan di inc.com yg ditulis oleh Nicolas Cole tentang 10 Kebiasaan Positif yang akan membuat hidupmu jauh lebih baik. 


Dari 10 poin, di nomer terakhir (nomer 10) adalah membuat jurnal dan kemudian tidur. Nicolas menyebutkan bahwa 2 kebiasaan yang paling diremehkan di dunia adalah membuat jurnal, dan tidur. Tetapi dia memasukkannya dalam 10 poin kebiasaan positif tersebut. 


Nicolas mengatakan bahwa menulis jurnal sebelum tidur penting dilakukan karena itu adalah waktu terbaik untuk merefleksikan diri. Bagaimana hari ini berlalu, bagaimana perasaanmu, bagaimana kamu bisa mengimprove diri besok hari dan kemudian mengatur tujuan hidupmu. 

Karena kita menulis jurnal tepat sebelum tidur, maka hal itu akan masuk ke alam bawah sadar kita saat tidur dan kemudian terbangun dengan pikiran yang jelas tentang apa yang harus kita lakukan untuk mencapai kesuksesan. 

Tidur, bagi sebagian besar orang juga merupakan hal yang remeh. Sebagian dari kita mungkin beranggapan jika orang yang tidurnya sedikit adalah orang yang bekerja lebih keras. Nicolas pun dahulu berpikiran seperti itu. Kita mungkin akan merasa kita menjadi bekerja sedikit lebih keras saat tidur kita jauh lebih sedikit. Tetapi itu bukan berarti kita bekerja cerdas. 

Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa otak yang di istirahatkan dengan baik akan jauh lebih produktif dibanding otak dan pikiran yang capek. 


#kebiasaanpositif #positivehabits #membangunkebiasaanpositif





Minggu, 29 November 2020

Day23 Godaan Menuju Konsisten

 Aku nulis ini dalam keadaan ngantuk berat. Sebagai mana rasa kantukku, godaan niat konsisten menulis juga sama beratnya. Entah jadwal yang lagi padat2nya sehingga sampe rumah udab capek, ngantuk, dll. 


Hari ini contohnya, dari subuh sd jam 22.30 ini aku sibuk nyiapin masakan buat acara tasyakuran di rumah. Selesai acara baru sadar kalau hari ini aku sama seli belom nulis. 


Mata udah gak bisa diajak kompromi. Karena udah lumayan malam, dan lumayan capek, mataku pun jadinya sisa  5 watt aja. Kalau diikutkan hati, aku pengen banget menghampiri tempat tidur trus molor sampai besok. 


Seakan-akan jiwa baik dan burukku sedang melakukan diskusi yang sangat alot di dalam pikiranku, saat baru menuliskan beberapa kata aku ketiduran beberapa saat kemudian tersadar, bangun, lanjut nulis beberapa kata kemudian ketiduran lagi, begitu terus. 


Jiwa baikku berkata meskipun capek dan ngantuk, aku harus tetap berusaha untuk nulis. Katanya sayang banget 22 hari yang aku habiskan setiap hari untuk nulis. Kalau malam ini aku gak nulis, itu artinya aku harus mulai dari awal, dari nol lagi. 


Jiwa burukku mengatakan jika aku harus memikirkan diriku dulu. Kondisi capek dan ngantuk gak usah maksain buat nulis. Hari esok masih ada koq. Gapapa lewat 1 hari aja. Namanya juga capek, udah seharian bekerja keras. Hmm


Ternyata mau jadi orang konsisten aja godaannya besar banget ya?!  

Sabtu, 28 November 2020

day22 Konsisten Membangun kebiasaan baik

 Masih berbicara tentang cara membangun kebiasaan baik, salah satu cara yang lain adalah konsisten. Membangun kebiasaan memang terlihat mudah,tetapi sebenarnya susah susah gampang. 

Hal sederhana seperti bangun pagi misalnya, jika kamu ingin bangun lebih pagi di jam 6 pagi sedangkan setiap harinya kamu terbiasa bangun di jam 8, hal itu tidaklah mudah untuk dilakukan. 

Mungkin untuk melakukannya 1 2 hari kamu masih bisa, tetapi memasuki hari ke 3 dan 4, kamu sudah mulai merasa berat dan ingin kembali ke kebiasaan awal, bangun jam 8 pagi. 

Untuk bisa memiliki kebiasaan baru itu, setidaknya kamu membutuhkan waktu minimal 21hari berturut-turut bangun di jam 6 pagi, jika tidak maka kemungkjnan berhasilnya sangat kecil. 

Apakah nanti akhirnya kamu bisa konsisten bangun di jam 6 pagi? Semua itu bisa terjadi jika kamu bener-bener bisa konsisten menjalankan niatmu itu. 

Jumat, 27 November 2020

Day21 Cara lain Membangun Kebiasaan Baik

 Alhamdulillaaah.. Udah hari ke 21. Challenge ke 2 done juga. 


Jika dari kemaren2 aku bicara dari A - Z, ngalor sampe ngidul tentang keinginanku untuk membangun kebiasaan menulis. Kemaren malam aku share salah satu tips untuk membangun kebiasaan baik, malam ini aku akan lanjut share satu lagi cara membangun kebiasan positif yang tentunya tidak sulit untuk kita lakukan. 

Caranya adalah dengan mengikuti grup atau mencari teman yang punya visi, keinginan dan cita-cita yang sama denganmu. Misal, kayak aku nih, aku kan ingin membangun kebiasaan menulis setiap hari, maka aku pun ikut komunitas menulis. Dengan begitu, aku punya wadah untuk belajar bersama. 


Selain itu, dengan mengikuti grup kita akan selalu ingat dengan impian dan harapan kita. Kita juga bisa tambah semangat menjalankannya. Karena ikut kelas menulis,dimana temen2nya juga sudab pasti para penulis, dengan begitu aku menjadi lebih banyak tau tentang dunia kepenulisan. 


Pengetahuan dan informasi tentang kepenulisanku pun semakin berkembang dari waktu ke waktu. Tak jarang, di grup diadakan challenge seperti kemaren ada challenge 15hari menulis, dimana aku pun ikut berpartisipasi di dalamnya.


Bergaul dengan orang2 yang satu frEkuensi Dan satu visi sama kita, membuat kita jauh lebih mudah merealisasikan impian dan keinginan kita.

Kamis, 26 November 2020

Day20 Ceritakan ke orang lain

 Salah satu cara membangun kebiasaan baik adalah menceritakan keinginanmu untuk membangun kebiasaan baik itu kepada orang lain. Dengan begitu, kamu akan merasa lebih terbebani dan akan menjadi lebih bertanggungjawab dengan niatmu itu. 


Jika tidak dilakukan, maka kamu merasa orang-orang akan menilaimu sebagai orang yang "omdo". Bercerita ke orang lain juga akan menjadi tambahan semangat jika memang ternyata mereka juga mendukung keinginanmu. 


Nah, beruntungnya keinginanku untuk konsisten menulis setiap hari aku posting di sosial mediaku, yaitu instagram dan blogger. Berarti hal itu sudah memenuhi satu syarat dalam membangun kebiasaan baik itu. 


Doain ya menulis benar-benar bisa menjadi bagian dari kebiasaanku. Doain aku bisa menjadi penulis yang produktif seperti raditya dika, fiersa besari, andrea hirata, tere liye, dan masih banyak penulis hebat yang lain. 


Aku bakal bahagia banget kalau suatu hari nanti, bukuku terpajang di salah satu toko buku. Aku sangat paham jika perjalanan menjadi penulis hebat tentu bukan perjalanan yang mudah. Akan ada banyak halang dan rintang yang harus ku lalui. Makanya aku minta doain sama kamu. Iya, kamu! 


 

Rabu, 25 November 2020

day19 Membangun kebiasaan menulis 2

 Yuhuuu...  Day19. Gak nyangka banget bisa sampe hari ke 19. Itu artinya sisa 2 hari lagi aku sukses mencapai 21hari. 



Hari ini aku lagi bingung mau nulis apa? Tapi kalau gak nulis bakalan sayang banget 18hari ke belakang yg udah aku selesaikan. Jadi gpp lah yaa..  Nulis gak pake juntrungan, alias ngalor ngidul dulu aja. 


Apa aku cerita tentang kegiatan hari ini aja kali ya? Tapi malu juga sih.. Hidupku gak ada menarik-menariknya buat diceritakan. Tapi gpp juga deh ya.. Daripada garing, ya kan? 


Buat yang belum tau, profesi utamaku adalah seorang istri yang bekerja sebagai auditor internal, atau kami menyebutnya internal control di kantor ku. Nah, karena sekarang udah akhir bulan November, seperti tahun-tahun sebelumnya secara rutin kami dari tim audit akan melakukan audit tahunan ke semua kantor cabang dan capem yg ada di tempatku bekerja. 


Akhir tahun gini emang akan menjadi hari-hari yang hectic buat para karyawan. Berbagai laporan harua disiapkan. Udah gitu harus memastikan kalau semuanya lengkap, tanpa ada yang terlewatkan. 


Buat kami para IC yang harus keliling dari cabang ke cabang juga sebenarnya cukup melelahkan. Tapi meskipun melelahkan karena dikerjakan bareng teman2 dan ketemu dengan temen2 dr cabang2 membuatnya menjadi menyenangkan. 


Di musim audit gini, kami para IC harus bisa menyiapkan mental dan fisik yang kuat. Jangan sampai baru setengah jalan, satu per satu dari tim tumbang. Jadi kami harus memastikan asupan makanan kami sehat dan bergizi. Disamping itu, kami pun harus minum suplemen dan vitamin agar bisa tetap fit. 

Selasa, 24 November 2020

Day18 Membangun Kebiasaan Menulis

 Hai hai.. Aku datang lagi. Menyambung cerita kemaren,hari ini hari ke-18 challenge menulis setiap hari. Untuk hari 1 sd 15 memang gak aku post disini. Aku post-nya di instagramku di @indrawatisambassy, jangan lupa untuk follow ya.. 😊😊


Back to the topic, karena udah berhasil konsisten setiap hari menulis sd 18 hari (yang bagiku itu udah prestasi banget), aku ingin berkomitmen untuk membangun kebiasaan baru yang positif, yaitu menyempatkan menulis setiap hari. 



Mungkin untuk durasi memang masih belum bisa panjang-panjang. Cukup 5 - 15 menit aja tiap harinya. Kalau panjang-panjang nanti bisa-bisa nanti lebih cepat jenuh karena merasa terbebani. Tetapi kalau 5-15 menit, bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Tetapi kalau aku berhasil melakukannya setiap hari, insyaAllah pasti akan membawa hasil yang positif. 



Nanti seiring berjalannya waktu, ketika menulis benar-benar memang sudah menjadi kebiasaanku, maka durasi otomatis akan terus bertambah. InsyaAllah. Kita bisa! 


#membangunkebiasaan #membangunkebiasaanmenulis #membangunkebiasaanbaru

Senin, 23 November 2020

Men-challenge diri sendiri

 Haaiii...  Udah lama banget gak muncul disini. Saking lamanya, rasanya seperti perantauan yang kembali ke kampung halaman setelah sekian tahun tidak pulang. 

Aku cuma pengen cerita, beberapa waktu belakangan aku ikut kelas menulis. Dan 17hari yang lalu, untuk kesekian kalinya aku ikut challenge yang diadakan oleh Tim mentor kami. challenge kali ini adalah kami diharuskan untuk menulis 15hari tanpa henti. 


Aku adalah jenis orang yang menulis suka nyari momen. Jadi aku belum bisa konsisten menulis setiap. Makanya aku ikut challenge kali ini. Harapannya, aku bisa konsisten setiap hari menulis. 


Challenge 15 hari menulis telah selesai. Ibarat anak ayam kehilangan induknya, aku dan peserta yang lain mulai agak kebingungan untuk meneruskan menchallenge diri kami sendiri untuk lanjut menjadi 21hari. 


Sebagaimana yang kita tahu dan sering kita baca di buku-buku pengembangan diri, bahwa sebuah kebiasaan baru akan mulai terbentuk setelah dilakukan selama minimal 21hari berturut-turut.


Berarti setelah menyelesaikan challenge, jika kami benar-benar menginginkan diri kami bisa konsisten setiap hari menulis,kami pun harus memaksa diri kamu untuk melanjutkan challenge-nya menjadi 21hari. Tetapi  untuk sisa 6hari-nya kami bertugas untuk menchallenge diri kami sendiri. Tanpa dibimbing oleh tim mentor kami. 


Itulah yang membuat kami kebingungan. Jika biasanya,setiap malam saat beberapa diantara kami ada yang belum setor tulisan, maka kami harus siap "dijawil", "ditowel", disenggol dan bahkan di sindir secara sarkas oleh tim mentor. 


Kalau sudah begitu, kami pun langsung "lari terbirit-birit" menyelesaikan challenge pada hari itu. Kalau tidak, konsekuensinya adalah dikeluarkan dari grup. Sama seperti peserta yang lain, kami semua tidak ada yang mau dikeluarkan dari grup. Maka kami dengan sekuat tenaga akan merampungkan tulisan kami. 


Sekarang, karena challenge sudah berlalu, dan melanjutkan challenge menjadi 21 hari sifatnya adalah challenge pribadi, maka sudah tidak ada yang mengingatkan kami sama sekali. Kami seperti seseorang yang baru ditinggal kekasihnya. 

 Tidak ada calon imam yang whatsapp secara rutin kayak solat 5 waktu.  Pagi ditanyain udah sarapan? Siang ditanyain udah makan siang? Sore dikit ditanyain udah mandi belom? Habis magrib ditanyain udah makan kan? Jam 9 malem ditanyain udah mau tidur? Udah gak ada yang bawel kalau kita telat balas wa-nya. Gitu deh. Rasanya tuh bener2 kayak ditinggal calon imam. 


Jumat, 10 Juli 2020

Satu Tahun di Kota ini

Satu tahun berlalu semenjak aku meninggalkan kampung halaman dan merantau ke Kota ini. Aku sudah mulai sedikit terbiasa dengan kota ini. Mulai terbiasa dengan makanannya yang dahulu bahkan sama sekali tidak cocok dilidahku. Mulai terbiasa dengan suhu dinginnya yang bertolak belakang dengan suhu kota asalku. Mulai terbiasa dengan semua kebiasaan dan rutinitas harianku, baik di kampus maupun di organisasi.

Aku ingat benar, dahulu saat pertama kali datang ke kota ini, suhunya terasa sangat dingin bagi kami para mahasiswa yang datang dari Kota Katulistiwa. Bahkan banyak dari kami yang harus menderita sakit demam panas bahkan typus karena tidak tahan dengan perubahan suhunya. 

Salah satu teman satu angkatanku, yang bernama Memet menderita penyakit typus pada hari ke-3 setelah kami menginjakkan kaki di kota ini. Dia adalah anak pertama yang jatuh sakit dari belasan anak seangkatan yang datang bersama ke kota ini. Ceritanya saat itu setelah cukup beristirahat di penginapan sementara kami, mulai dari pagi kami sudah berangkat ke kampus untuk melakukan registrasi ulang. Sepulang dari kampus, kami pun masih harus pergi ke pusat kota untuk membeli berbagai macam  peralatan kuliah mulai dari pakaian sampai dengan alat tulis. Tanpa terasa ternyata sampe sore hari kami baru selesai berbelanja, sehingga kami sampai di tempat penginapan sementara kami, hampir mendekati magrib.


Tidak ada satupun dari kami yang berani untuk mandi, karena memang pada saat itu sedang musim dingin, jam 12 siang saja air terasa seperti es batu apalagi kalau sore hari menjelang Magrib. rasanya seperti dimasukkan dalam Freezer. Mungkin untuk orang yang sudah terbiasa tinggal di Kota ini, itu bukan masalah. Tetapi bagi kami, itu tentu menjadi hal yang berat dan bisa-bisa jadi masalah.


Tidak seperti anak lainnya yang memutuskan untuk tidak mandi, dan hanya membersihkan diri dengan mencuci muka-kaki dan tangan saja, Memet dengan beraninya mandi bahkan tanpa menggunakan air hangat. Alhasil, malam harinya Memet menggigil karena kedinginan. Bukan sembarang menggigil, karena setelah kami menimbun Memet dengan beberapa selimut pun, dia tetap menggigil. Ternyata akhirnya kami tahu kalau Memet kena typus dan harus beristirahat selama  beberapa hari setelah itu. 


Kasihan Memet!

#day3 #challenge6harimenulisfiksi #kmi #komunitasmenulisindonesia #komunitasmenulis.id #iampublishing


Apakah semuanya palsu?

Kata orang, agar tidak kecewa maka jangan berharap. Mungkin satu-satunya kesalahanku tentangmu adalah aku pernah menggantungkan harapanku setinggi-tingginya padamu. Aku berharap bahwa cintamu benar untukku. Aku berharap bahwa perlakuanmu benar tulus dari dalam hatimu. Aku berharap bahwa kau akan menjadikanku pelabuhan terakhirmu.



Nyatanya harapan itu hanya sekedar menjadi harapan kosong. Nyatanya aku bukanlah orang yang kau inginkan menjadi jodohmu. Nyatanya justru saat ini aku meragukan bahwa kau bahkan pernah mencintaiku. Mungkin aku hanya pelarianmu? Mungkin dari awal kau hanya menganggapku sebuah persinggahan saja.



Aku selalu bertanya-tanya, apakah semua perlakuanmu terhadapku dulu palsu? Apakah perasaanmu palsu? Apakah cintamu palsu?



#day1 #challenge6harimenulisfiksi #kmi #komenulis.id #komunitasmenulisindonesia




Kamis, 09 Juli 2020

Persinggahan

Pagi itu serasa menjadi pagi yang paling sendu dalam hidupku. Hari itu aku harus meninggalkan kampung halaman dan keluarga besarku demi meraih masa depanku. Alasan meraih masa depan terdengar sangat klise dan palsu di telingaku. Mungkin karena bukan itu alasan satu-satunya bahkan bukan itu pula alasan utamaku meninggalkan kampung.

Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa untuk meraih masa depanku, aku harus pergi jauh-jauh meninggalkan ayah, ibu, adik-adikku, teman-temanku, kampung halaman tercinta, dan juga semua kenanganku bersamamu. Dulu, ketika kata masa depan muncul dalam benakku, hal pertama yang ku pikirkan adalah kamu. Yah, aku selalu berpikir bahwa kamulah yang akan menjadi masa depanku. Aku selalu yakin bahwa akulah yang akan menjadi pelabuhan terakhirmu.

Tapi kenyataannya, saat ini aku justru sedang terpuruk karena ternyata aku hanya menjadi persinggahan sementara dari perjalanan panjangmu.



#day2challenge6harimenulisfiksi #kmi #komunitasmenulisindonesia #komenulis.id






Minggu, 22 Maret 2020

Penyesalan

Kalau ada yang bisa ku sesali dalam hidup
Adalah kepercayaanku padamu
Adalah usahaku untuk tulus mencintaimu
Adalah harapanku akan masa depan bersamamu


Mungkin aku terlalu naif
Begitu percaya bahwa aku satu-satunya
Begitu angkuh bahwa kau tak akan mampu berpaling


Nyatanya dari awal rasamu tidak untuk diriku
Nyatanya cintamu hanya halusinasiku
Nyatanya aku yang tak mampu melupakanmu